Rabu, 13 Agustus 2014

Budaya Nganjuk

1. Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.
tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita).persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tayub

2. Wayang Timplong adalah sejenis kesenian wayang dari daerah Nganjuk, Jawa Timur.
Kesenian tradisional ini konon mulai ada sejak tahun 1910 dari Dusun Kedung Bajul Desa Jetis, Kecamatan Pace, provinsi Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, baik kayu waru, mentaos, maupun pinus. Instrumen gamelan yang digunakan sebagai musik pengiring, juga sangat sederhana. Hanya terdiri dari Gambang yang terbuat dari kayu atau bambu, ketuk kenong, kempul dan kendang.[1]

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_Timplong

3. Tari Mung Dhe adalah tari tradisional yang berasal dari Desa Garu, kecamatan Baron, Nganjuk. Dalam tari ini bertemakan kepahlawanan dan cinta tanah air, heroik, patriotisme. Selain itu tari ini berkaitan erat dengan kalahnya prajurit Diponegoro yang dipimpin oleh Sentot Prawirodirdjo).
Dalam tari ini menggambarkan beberapa prajurit yang sedang berlatih perang yang lengkap dengan orang yang membantu dan memberi semangat kepada kedua belah pihak yang sedang latihan. Pihak yang membantu dan memberi semangat, di sebut botoh. Botohnya ada dua yaitu penthul untuk pihak yang menang dan tembem untuk pihak yang kalah. Sikap dan tingkah laku kedua botoh ini gecul atau lucu, sehingga membuat orang lain yang menyaksikan tari Mung Dhe, terkesan tegang dan kadang merasa geli, karena yang berlatih perang memakai pedang, sedangkan botohnya lucu .
Secara keseluruhan, tari Mung Dhe melibatkan 14 pemain dengan masing-masing peran pada awalnya, yaitu :
  • 2 orang berperan sebagi penari /prajurit.
  • 2 orang berperan sebagi pembawa bendera.
  • 2 orang berperan sebagai botoh
  • 8 orang berperan sebagai penabuh /pengiring.
Pada perkembanganya sekarang hanya melibatkan 12 orang, yaitu 6 alat untuk 6 orang pemain. Di dalam pengaturan organisasi tari Mung Dhe untuk penarinya adalah laki-laki serta perempuan dan dalam tingkatan usia dewasa [baik yang menikah atau yang belum]. Pada perkembangan sekarang ini, tari Mung Dhe sering ditampilkan pada acara-acara yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk, seperti Pemilihan Duta Wisata, maupun Grebeg Suro, maupun Jamasan Pusaka, serta saat Upacara Wisuda (gembyangan-red) Waranggono. [1]

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_mung_dhe

4. Seni Jaranan itu mulai muncul sejak abad ke 10 Hijriah. Tepatnya pada tahun 1041. atau bersamaan dengan kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 yaitu yaitu bagian timur Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan sebelah Barat Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan Ibukota Dhahapura.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jaranan

4.Tari Salipuk adalah tarian asli dari kota Nganjuk, tarian ini ditarikan oleh sepasang muda mudi yang berarti tarian pergaulan Tari Salipuk adalah pengembangan dari Tari Tayub yang sebelumnya sudah ada di Nganjuk, Tari ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang berawal dari pengamen yang bernama Salipuk, pekerjaan setiap hari adalah berkeliling kampung untuk menghibur orang sambil membawa kendang. Orang-orang sangat menyukai hiburan yang diberikan oleh Salipuk, sehingga dia sering dipanggil ke kampung-kampung untuk menghibur orang. Lalu dia akhirnya mengembangkannya menjadi tari yang berpasangan. Sampai saat ini tari Salipuk masih banyak ditarikan pada acara-acara tertentu seperti acara resmi, acara perkawinan atau pada saat upacara adat. Meskipun tarian ini hanya melibatkan dua orang, tetapi atraksi tari ini membutuhkan tempat yang luas karena gerakannya sangat dinamis dan penarinya harus berlari kesana-kemari. Tari Salipuk menggunakan iringan musik tradisional Jawa dengan tembang khusus yang liriknya sesuai dengan jalan cerita tarian.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Salipuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar